Kamis, 27 September 2012

KAPURUNG ( Traditional Food From Luwu Land )


Bagi masyarakat Luwu kapurung adalah makanan khas tradisional dan sudah menjadi tradisi turun temurun sebagai hidangan yang wajib dihidangkan, Cita rasa asem pedasnya yang nikmat menjadikan kapurung sebagai sajian primadona. Tidak hanya masyarakat Luwu tapi masyarakat di berbagai daerah di Sulawesi Selatan dan daerah lainnya juga menggemari makanan ini.

Bahan dasar kapurung tentunya adalah Tabaro (sagu) ditambah dengan aneka jenis sayuran dan ikan atau daging ayam. Untuk membuatnya tambahkan garam (sesuai selera) ke adonan sagu dan dicampur dengan air panas, diamkan sebentar kemudian di aduk hingga adonan sagu mengental. Kemudian adonan sagu yang mengental dibentuk menjadi bulatan kecil menggunakan sumpit/lidi ( Baca: Ma'dui ). Untuk hidangan kuahnya sendiri segala jenis sayuran dan ikan/daging dipotong-potong kecil kemudian di masak dalam wadah hingga mendidih kemudian campurkan ke adonan sagu yang telah dibentuk bulat tadi dan aduk hingga campuran merata. Kapurung pun siap dihidangkan.

Selamat Menikmati...   

Sejarah Perjalanan Kota Belopa


Labelopa, demikian penduduk setempat menyebut nama kota Belopa sampai pertengahan tahun enampuluhan yang sekarang menjadi Belopa, ‘La’-nya sudah sirna ditelan perjalanan masa.

Kota Belopa ini diresmikan menjadi ibu kota kabupaten Luwu pada tanggal 13-2-2004 silam. Hal penetapan ini diresmikan gubernur Sulawesi Selatan H.M Amin Syam. Kejadian ini sekaligus dirangkaikan pelantikan bupati baru Luwu pada saat itu, Basmin Mattayang, menggatikan Dr Kamrul Kasim yang berakhir masa jabatannya.

Setelah tentara nasional, TNI meninggalkan Luwu Selatan pada pertengahan tahun limapuluhan, kawasan ini dikuasai oleh DI/TII yang dipimpin oleh Abdul Qahar Mudzakkar. Pada akhir tahun lima puluh, tentara nasional kembali memduduki regio selatan Luwu ini dengan menduduki kota-kota kecil Belopa, Bajo, Cimpu dan Suli. Kemudian dua tahun setelah itu, selanjunya mereka menduduki Larompong.

Ketika tentara nasional mengosongkan kawasan selatan Luwu, rakyat memilih bebas menentukan pilihan. Memilih dua jalan, akan tinggal ditempat atau ikut bersama dengan tentara
nasional meninggalkan regio Selatan Luwu ke kota Palopo dan sekitarnya.

Rakyat yang memilih tidak ikut dengan tentara nasional saat dikosongkannya kawasan selatan Luwu pada waktu itu, otomatis bergabung dengan rakyat TII. Yang menguasai kawasan Luwu diluar kota Palopo. Dan malahan menguasai hampir seluruh pedalaman Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Saat tentara nasional menduduki Belopa, rakyat yang ikut ke Palopo pada saat pengosongan, diangkut kembali ke kampung halaman mereka. Mengikuti tentara yang menduduki kota-kota yang disebutkan diatas.

Mereka serta merta memulai hidup baru dengan berusaha mengatur penghidupan mereka dari titik nol. Penulis mengatakan titik nol, karena tempat yang didatangi ini, dapat dikatakan kosong, tidak ada rumah.

Ketika mereka kembali ke Belopa dan kawasan selatan dari kota Palopo dan sekitarnya, mereka diangkut melalui jalan laut, dengan kapal dan pengangkutan militer yang dikenal pada saat itu dengan nama ‘landen’.

Landen inilah yang menonda perahu-perahu yang memuat penduduk, ulak-alik antara Palopo dengan Ulo-Ulo. Ulo-Ulo ini adalah satu-satu pelabuhan pendaran dari seluruh rakyat yang kembali ke kawasan Selatan.

Mengapa mesti melalui jalan laut, pada hal jalan darat hanya lima puluhan kilo meter dari Palopo ke Belopa. Hal ini dapat dan mudah dimaklumi, karena hubungan darat, terputus. Jalan raya yang menghubungkan dari Palopo ke Makassar terputus. Semua jembatan, besinya terendam dalam air sungai, dirusak DI/TII dan badan jalanan poros jalanan ini, pada tempat tertentu digali. Sehingga untuk melalui jalan darat harus berjalan kaki.

Tetapi untuk jalan kaki, tentara nasional sudah memperhitungkan resiko, bahaya dan maut yang menghadang mereka kalau hal ini dilakukan. Apa lagi membawa rakyat yang mungkin ribuan orang jumlahnya, jadi bukan pilihan yang tepat.

Dalam perjalanan, sudah dapat dipastikan akan disergap oleh anggota DI/TII  yang menguasai kawasan ini, mulai dari Balambang sampai ke wilaya Kabupaten Wajo.

Langka pertama yang mereka lakukan dikampung halaman mereka setelah mereka tiba, adalah membangun rumah. Rumah yang dibangun ditempatkan dalam lingkupan yang di kelilingi oleh benteng dan pos-pos TNI.

Khusus di Belopa, ditempatkan pos dipinggiran perumahan penduduk. Misalnya di Balimbing Belopa dua, Radda, disebelah Selatan jembatan Belopa kearah Senga, di Pabburinti arah utara dan titik-titik tertentu yang dianggap rawan dari sergapan DI/TII.

Selain dari membangun rumah, tentara nasional bekerja sama dengan rakyat sesegera mungkin membangun gedung-gedung sekolah ditempat-tempat bekas tempat sekolah rakyat, sebelum Belopa dan kota kecil lainnya ditinggalkan dahulu. Sebelum dikosongkan karena pemerintah menarik tentaranya. Untuk ditempatkan kedaerah lain yang rawan dari pemberontakan.

Karena pemberontakan PRRI-Permesta di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi-Utara dan DII di Jawa-Barat yang mesti ditumpas habis. Dengan demikian pemerintah membutuhkan banyak tentara dan memprioritaskan menumpas yang lain lebih dahulu dari pada DI/TII dari Kahar Mudzakkar.

Waktu itu, penulis masih mengingat beberapa sekolah rakyat atau SR. Begitulah nama dari sekolah dasar atau SD sekarang. Sekolah rakyat yang ada di Belopa dua berdekatan, sebelah selatan jembatan Belopa, sebelah Timur jalan raya.

Kemudian disusul SR lainnya kejurusan Bajo. Kemudian di Bajo juga sudah dibangun sekolah rakyat. Hampir bersamaan waktunya dibangun juga sekolah rakyat di Cimpu.

Selain dari pada itu, didirikan pula satu sekolah menengah pertama SMP, yang kemudian menjadi sekolah menengah pertama negeri Belopa. Tempat berdiri gedungnya di Pabburinti. Didekat jembatan Pabburinti, sebelah Timur jalanan. SMP negeri Belopa inilah, merupakan sekolah menengah pertama, yang pertama hadir disebelah selatan Kabupaten Luwu waktu itu.

Pada masa itu, untuk kegiatan jual-beli kebutuhan masyarakat diadakan pasar dipinggir jalan, sedikit sebelah sebelah utara dari pasar centeral Belopa sekarang.

Untuk mengatur roda pemerintahan, berdiri kantor yang pada mulanya bernama kantor kondinator pemerintahan, yang kemudian menjadi kantor kecamatan, yang berdiri dipinggir lapangan, sebelah Barat lapangan sepak bola Belopa.

Pada tahun 1962, rakyat dari DI/TII mulai berbaur dengan rakyat kota, istilah dari dari rakyat yang ikut dengan tentara yang kembali menduduki kota-kota kecil. Pada awal-awal pembauran dua kelompok penduduk dalam masyarakat, memunculkan istilah ‘Rakyat kota dan Rakyat Hutan’.

Dua istilah ini merupakan cemohan satu dengan lainnya. Tetapi perjalanan masa, dalam waktu beberapa bulan saja, istilah ini akhirnya sirna ibarat embun ditelan panas.

Beberapa tahun kemudian bermuculan beberapa sekolah menengah pertama yang bernama SMI (sekolah menengah Islam) yang berstatus swasta untuk menampung murid sekolah rakyat yang tammat yang tidak dapat diterima dan ditampung di SMP negeri.

Pertengahan tahun enam puluh berdiri juga SMAN, sekolah menengah atas negeri Belopa yang pertama. Sekolah ini berlokasi disebelah selatan musallah jususan ke Senga, sebelah barat jalan raya.

Begitulah akhirnya perjalanan masa Belopa ibu kota kecamatan Bajo ini mekar dan membesar, sehingga menjadi ibu kota kabupaten Luwu, setelah Luwu dimekarkan menjadi empat Kabupaten dan kota, malah kelak mungkin menjadi lima kabapaten, termasuk Luwu Tengah.

Oleh: Hamus Rippin

Sosok Raja Sawerigading

Sawerigading






Sawerigading adalah tokoh utama dalam naskah la galigo meskipun bukan sebagai tokoh yang paling banyak berperan dalam pengisi alur dari awal sampai akhir dalam epos la galigo. Tetapi Sawerigading lah awal dari segala penyebab terjadinya semua peristiwa dan kejadian dalam epos la galigo.

Berdasarkan silsilah menerangkan bahwa Sawerigading adalah Cucu dari bataraguru yang mempunyai nama asli la togeq langiq penguasa bumi Sedangkan Nenek Sawerigading berasal dari kerajaan Buriq Liu (Kerajaan Bawah Laut/Air) Ketika Batara guru pertama kali Turun Ke bumi ia ditempatkan di atas bambu Betung nah dari sinilah asal muasal Nama Sawerigading yang dimana terdiri dari 2 kosa Kata yakni Sawe dan Ri Gading yang dimana Sawe Artinya Menetas Dan Ri Gading yang artinya Di atas bambu betung. jadi Arti Sawerigading yakni Keturunan Dari Orang Yang menetas diatas Bambu Betung. Kemudian Bataraguru mempunyai anak yang bernama Batara Lattuq yakni Bapak Sawerigading yang selanjutnya menjadi Cikal bakal Raja-raja Dibumi (kerajaan luwuq/bugis)
Nama-nama lain Sawerigading yang sering muncul dalam Epos La Galigo yakni, To Appanyompa (Orang yang disembah), La Maddukelleng, Langiq paewang (sang penggoyah langit), Pamadeng lette (Pemadam halilintar), Sawe Ri sompa (Keturunan Orang yang disembah), La Pura Eloq (Orang Yang tak terbantahkan kemauannya), La Datu Lolo (Raja Muda), La Oro Kelling (Orang Oro kelling), La Tenritappuq (orang yang tak terkalahkan)
Karena itu dalam diri Sawerigading memiliki darah murni sang dewata sebagai perpaduan antara Dewa Langit (Binting Langiq) dan Dewa bawah laut (Buriq Liu) yang ditempatkan di bumi sebagai penguasa. Karena anak dewa ini telah menjelma menjadi manusia maka seluruh kegiatannya dimuka bumi dilakukan dalam bentuk kehidupan manusia secara normal. Dengan demikian seorang tokoh Sawerigading mempunyai dua Sifat yakni Sifat nya sebagai anak dewa yang memiliki kemahakuasaan dan sifat kemanusiaannya yang nampak dalam aktifitas kesehariannya sebagai manusia
Bagaimana Seorang anak dewa yang menghidupkan Orang-orangyang yang telah Mati setelah selesai berperang hanya dengan sesajen dan setuhan dari keris Sawerigading, Mendatangkan dan menghentikan amukan alam yang sangat ganas hanya dengan telunjuk Sawerigading, Sawerigading mampu berkomunikasi dengan binatang seperti halnya Sawerigading berkomunikasi dengan seekor Burung yang bernama La Dunru yang menyuruhnya menyampaikan pesan ke We Tenriabeng untuk naik ke botting Langiq untuk melaksanakan pernikahannya. Semua kejadian-kejadian tersebut membuktikan kebesaran dan kemahakuasaan Sawerigading dalam keturunan Dewa. Itulah sebabnya ia diberikan gelar Pamadeng Lette (Sang Pemadam Halilintar), Langiq Paewang (Sang Penggoyah Langit).
Karena Sawerigading telah menjelma sebagai manusia di bumi, maka ia tak lebih dari manusia-manusia lainnya yang berada di bumi yang dimana mempunyai kekurangan-kekuarangan sebagai manusia bumi. Bukti kemanusiaan Sawerigading ketika pada peperangan yang membuat sawerigading meminta bantuan kepada penguasa langit yang dimana Remmang ri langiq suami dari We Tenriabeng turun kebumi untuk membantu sawerigading untuk berperang saat Remmang ri langiq tiba di bumi, ia langsung memerintahkan Sawerigading untuk menyembah Remmang ri langiq sebanyak tiga kali sebagai bukti kemanusiaan sawerigading dengan pengakuan eksistensi kedewaan Remmang ri langiq.
Sawerigading merupakan sosok manusia bugis yang mempunyai watak yang berdimensi ganda yakni cinta dan dendam, benci dan saying, tegar dan cengeng, lembut dan kasar, halus dank eras sejauh mana sifat tersebut mengejawantan dari pribadi sawerigading, bergantung dari rangsangan-rangsangan yang diterimanya dari luar ia tidak menerima kompromi hanya ada dua pilihan hitam atau putih
Karena itu, gambaran tentang sawerigading tidaklah sesempurnah dengan tokoh-tokoh pangeran yang seperti kita dengar sebelumnya. Kadang-kadang ia sangatlah cengeng sampai menangis terisak-isak lalu ia ditergur oleh pengawalnya agar ia berhenti dan tegap menghadapi kenyataan hidup dengan tegar. Hal seperti ini dapat dilihat ketika cinta sawerigading kepada adik kembarnya we tenriabeng ditolak oleh dewan adapt. Sawerigading juga memiliki sifat yang mudah tersinggung, emosianal, dan sering mengamuk sambil bembabi buta bila perasaan atau sirinya tampa mempertimbangkan resikonya.
Namun sebagai seorang pangeran ia juga memiliki sifat kejantanan dan keperkasaan. Sebagai putra bangsawan sawerigading seorang tokoh yang besar sebagai salah satu tanda kebesaran sawerigading ia selalu menggunakan pakaian kebesaran raja yang semua terbuat dari emas, berupa paying kebesaran yang terbuat dari emas, cincin emas yang semuanya rutun dari langit yang dibawah oleh leluhurnya, dipinggangnya selalu melekat keris emas sebagai symbol keberanian dan kejantangannya.

Ada 4 sifat yang melekat pada Diri Sawerigading yakni
1. Getteng (Teguh pendirian)
2. Warani (Berani)
3. Lempuq (Jujur)
4. Macca (Pintar)
Ketegukan Sawerigading dalam mempertahankan Prinsipnya sangat lah kuat ini dilihat ketika berbagai cobaan dan godaan yang dating tidak menggetarkan semangatnya untuk tetap menggulung layer perahunya sebelum sampai di tujuannya. Godaan-godaan tersebut bukannya menyulutkan hati Sawerigading untuk pergi ke cina malahan cobaan-cobaan tersebutlah yang semakin membakar semangatnya untuk mencari cina. Maka dari itu Sawerigading juga dipanggil dengan sebutan La mampuara Elo (Orang yang tek terbantahkan). Untuk mempertahankan sifat Getteng (Teguh pendirian) harus dibarengi sifat Keberanian nya juga. Keberanian Sawerigading tertantang ketika Sewerigading dihadapkan oleh dua ancaman yakni Ancaman dalam dirinya sendiri dan kekuatan yang berasal dari luar diri manusia ketika iya dihadapkan bujukan, rayuan dan sesuatu yang mempesona yang dapat menlonggarkan dan melepaskan prinsip hidupnya. Disini membutuhkan keberanian moral yang luar biasa ketika mempertahankan yang mana dianggap benar dan dianggapnya salah
Keteguhan dan keberaniannya Sawerigading itu bukan saja terlihat dalam beberapa peristiwa kepada musuh-musuh sawerigading melainkan dalam hal mengungkapkan sejarah leluhurnya, perasaan hatinya, kebahagiaannya, maupun perasaan lain yang seharusnya di pendalam dalam hati. karena itu sifat teguh dan keberaniannyahanya dapat bila diiringi dengan kejujuran dalam bersikap, berbicara, maupun dalam bertindak.
Kejujuran yang dimaksudkan bukan saja jujur sesame manusia tetapi juga kepada diri sendiri dan kepada Dewa. Kejujuran Sawerigading terlihat saat Sawerigading berterus terang dan terbuka kepada pengawal-pengawalnya dan musuh-musuhnya. Kejujuran yang paling dramatis dalam kisah Sawerigading dalam epos la galigo yakni ketika sawerigading tidak berdaya melawan perasaan cintanya kepada saudara kembarnya yakni we tenriabeng. Sawerigading harus mengungkapkannya walaupun ia mengetahui resikonya sangatlah berat.
Peran Sawerigading sebagai tokoh magis terlihat saat para pasukan sawerigading kewalahan menghadapi pasukan-pasukan la tenrinyiwiq, sawerigading tumpuan terakhir dari mereka agar kiranya memohon kepada dewa untuk menurunkan bantuan di dunia dalam waktu sekejap bantuan itu turun dari langit dan menghancurkan pasukan-pasukan la tenrinyiwiq. Sedangkan peran Sawerigading sebagai seorang keturunan dewa ketika Sawerigading menghidupkan pasukan-pasukannya yang mati dalam peperangan, mendatangkan dan memberhentikan bencana yang dibuat oleh alam dan dapat berbicara kepada binatang-binatang
Peran Sawerigading sebagai raja terlihat ketika tahluknya para pengawal dan pasukan-pasukan sawerigading dalam perintahnya dialah penentu kebijaksanaan diatas perahu yang dikendarainya untuk mencari cina. Memerintah dan menjalankan tradisi kekuasaan yang diwarisi oleh leluhurnya.
Meskipun demikian Sawerigading bukannya seorang raja yang otoriter, segala sesuatu yang berhubungan dengan operasinalisasi kekuasaan dan pelaksanaan kerajaan dilimpahkan kepada para pembantu-pembantuhnya. Sawerigading adalah Seorang raja yang besar dan tak tertandingi, perahunya besar dan banyak perahu-perahu kecil yang mengiringinya,pasukan yang ribuan sebagai bukti akan kekuasaannya. Tujuh kali pasukan Sawerigading berperang dalam pencarian tanah cina enam pimpinan musuhnya semua mati dan kepalanya digantung diperahu sawerigading sebagai tandak keperkasaannya menumpas musuh.

Rabu, 26 September 2012

Daftar Kampus/Universitas di Makassar

Berikut di bawah ini adalah daftar perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS)  yang ada di Makassar beserta lokasi di mana perguruan tinggi itu berada, baik berupa Universitas, Institut, Politeknik maupun Sekolah tinggi :

  1. UAJ : Universitas Atma Jaya Makassar
  2. UNHAS : Universitas Hasanuddin 
  3. UNM : Universitas Negeri Makassar
  4. UMI : Universitas Muslim Indonesia
  5. UVRI : Universitas Veteran Republik Indonesia
  6. UIN : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
  7. UKIP : Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar
  8. UNISMUH : Universitas Muhammadiyah makassar
  9. UIT : Universitas Indonesia Timur
  10. UFM : Universitas Fajar Makassar
  11. Universitas Pepabri Makassar
  12. Universitas 45 Makassar
  13. Unversitas Satria Makassar
  14. Universitas Pancasakti
  15. Universitas Sawerigading
  16. Politeknik Negeri Makassar
  17. Politeknik Kesehatan Makassar
  18. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea
  19. Sekolah Tinggi Informatika dan Multimedia Nusa Palapa
  20. Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Dipanegara
  21. Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Handayani
  22. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Nitro
  23. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yayasan Pendidikan Pembangunan Indonesia
  24. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar
  25. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea
  26. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Dharma
  27. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang
    YANG LAIN AKAN DILENGKAPI...

Profil Desa Dadeko


PROFIL DESA DADEKO


  1.    Keadaan Geografis
Desa Dadeko merupakan salah satu desa yang berada dalam kecamatan
Larompong Selatan Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan yang
berjarak sekitar 25 KM dari ibukota kabupaten Luwu Belopa. Luas Desa
Dadeko sekitar 900 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara    : berbatasan dengan Desa Sampano dan Desa Babang
Sebelah Timur    : berbatasan dengan Teluk Bone
Sebelah Barat    : berbatasan dengan Dusun Batari/Sampano
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Temboe
Berdasarkan cacatan stasiun klimatologi, rata-rata temperature Desa
Dadeko pada umumnya sekitar 28,50C dengan suhu minimum 25,60C dan
suhu maksimum sekitar 280C. Di Desa Dadeko beriklim tropis dengan 2
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
  2.    Keadaan Demografi
      A.   Penduduk
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam GBHN. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistik tahun 2011 jumlah penduduk Desa Dadeko sebanyak (-) jiwa, terdiri dari laki-laki  (-) jiwa dan perempuan (-) jiwa.
Keadaan penduduk Desa Dadeko
No.
Desa Dadeko
Penduduk
Jumlah
KK
Laki-Laki
Perempuan
1
2.
3.


Dusun Dadeko
Dusun Damaci
Dusun Tobilla





Total
-
-
-
-

  3.    Mata Pencarian Penduduk
Sumber utama mata pencarian penduduk adalah pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan perdagangan yang dilatar belakangi oleh sumber daya alam yang ada dan letak geografis yang pada umumnya adalah wilayah pertanian dan perikanan. Berikut tabel mata pencarian penduduk.
Mata pencarian penduduk Desa Dadeko
Mata pencarian penduduk
Jumlah
Pegawai negeri sipil
Pegawai swasta
Wiraswasta/Pedagang
Tani/nelayan
Pertukangan
Peternak
-
--
-
Total
-

  4.    Potensi Dan Sarana Sosial Budaya
      a.    Pendidikan
Sarana pendidikan formal yang ada untuk Desa Dadeko terdiri dari:
    1.    Taman Kanak-Kanak ada 1 buah : dimana tiap kelas Taman Kanak-Kanak hanya terdiri dari satu ruangan disetiap TK, ada 2 guru TK yang terdapat di Taman Kanak-Kanak desa Dadeko, ada arena bermain bagi tiap Taman Kanak-Kanak desa Dadeko.
   2. Di desa Dadeko memiliki 1 sekolah dasar, dimana 1 sekolah dasar tetap yaitu SDN No.3 Sampano. Dimana di SD ini memiliki jumlah murid 200 siswa(i). Jumlah guru 14 orang. Jumlah kelas 6 ditambah 1 ruang guru, 1 kamar kecil, 1 gudang.
     b.    Agama
Desa Dadeko mayoritas agama yang diyakini masyarakat desa yaitu agama islam dimana tempat beribadahnya.
      Desa Dadeko  : memiliki 1 buah mesjid
  .    Dusun Damaci : memiliki 1 buah masjid
     c.    Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan di desa Dadeko sudah terbilang bagus, hal ini dikarenakan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan seperti baruga/pustu.
     d.    Olahraga
Sarana olahraga, di Desa Dadeko memiliki sarana olahraga lapangan sepak bola, lapangan takrow, lapangan voli.
     e.    Budaya
Sebagai wilayah desa yang didiami masyarakat dari berbagai etnis (suku) yakni : suku bugis, Makassar. Dan etnis tersebut berpadu dalam satu wilayah. Masyarakat desa saling menghargai, gotong royong. Dimana kehidupan desa tidak terlepas dari adat, namun adat yang mereka lakukan diterima oleh suku lain, dengan member ketenangan ketika acara berlangsung, turut membantu, dan menghadirinya. Ketentraman budaya sudah lama terjalin hingga kini.
  5.    Potensi Ekonomi
Desa Dadeko yang memiliki wilayah terdiri dari daratan rendah dan sebagainya terbentuk sebagai wilayah daratan rendah dandaratan tinggi. Memiliki potensi ekonomi yang didukung kondisi wilayah, baik sector pertanian pangan, perkebunan, peternakan,maupun sektor perdaganagan. Sebagian besar lahan di desa Dadeko adalah daerah produktif, sebagai lahan pertanian dan perkebunan yang secara nyata semakin mampu mendorong usaha peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, Hal tersebut mendorong meningkatnya sector usaha kecil, perdagangan dan usaha lain.
  6.    Peyelengaraan Pemerintahan Desa
Adapun Penyelenggara pemerintahan di Desa Dadeko terdiri dari :
     1.    Kepala Desa
     2.    Sekretaris Desa
    3.    Kaur Pemerintahan
    4.    Kaur Pembangunan
    5.    Kadus

.